Sebelumnya, Twitter mengubah cara orang-orang melakukan retweet pada bulan Oktober lalu.
Perusahaan mikroblogging itu mengatakan bahwa perubahan retweet hanya sementara, menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat 3 November lalu.
Dengan mengarahkan pengguna ke retweet with quote, Twitter berharap pengguna bisa mempertimbangkan dengan lebih bijak tentang apa yang akan mereka twit ulang atau justru mereka ingin menambah pandangan mereka sendiri terhadap suatu isu.
Namun harapan itu ternyata meleset. Dalam kicauan terbaru akun Twitter Support, Twitter mengakui bahwa penggunaan quote tweet meningkat.
"45 persen dari mereka (yang melakukanretweet) hanya menyertakan penegasan satu kata dan 70 persen di antaranya menulis kurang dari 25 karakter," tulis Twitter.
Our goal with prompting QTs (instead of Retweets) was to encourage more thoughtful amplification. We dont believe that this happened, in practice. The use of Quote Tweets increased, but 45% of them included single-word affirmations and 70% had less than 25 characters. (2/4)
Twitter Support (@TwitterSupport) December 16, 2020
Meskipun "quote tweet" meningkat, tapi Twitter juga mencatat adanya penurunan keseluruhan retweet (baik retweet maupun quote tweet) sebesar 20 persen.
Twitter mengatakan akan terus fokus mengembangkan fitur agar penggunanya lebih bijak sebelum menyebarluaskan informasi. Termasuk saran "baca dulu sebelum retweet".
Pilpres AS sendiri kini sudah usai dengan ditetapkannya kemenangan Joe Biden dalam perolehan suara elektoral beberapa hari lalu.